Definisi etnobotani
secara ideal sangat luas. Istilah etnobotani berasal dari kata “etno” yang
berarti ras, orang, kelompok budaya, bangsa, dan “botani” yang berarti ilmu
tanaman, sehingga definisi logis menjadi "ilmu interaksi masyarakat dengan
tanaman”. Secara sederhana, etnobotani dapat didefinisikan sebagai suatu bidang
ilmu yang mempelajari hubungan antara masyarakat lokal dengan tumbuhan yang
terdapat di alam lingkungan sekitarnya (Walujo, 2008). Menurut Gerique (2006)
etnobotani adalah ilmu interdisipliner keterkaitan interaksi antara manusia
dengan tumbuh-tumbuhan.
Etnobotani merupakan cabang ilmu
yang bersinggungan dengan ilmu pengetahuan alam, ilmu sosial dan pengetahuan
budaya suatu masyarakat atau suku bangsa. Keterkaitan dua poros ilmu ini seakan
bertolak belakang, namun merupakan ilmu yang mempelajari hubungan langsung
manusia dengan tumbuhan dalam kegiatan pemanfaatannya secara tradisional,
seperti halnya pemanfaatan tumbuhan untuk jamu yang dapat menjaga/mempertahankan
kesehatan. Etnobotani mempelajari pemanfaatan tumbuhan secara tradisional oleh
suku bangsa yang primitive, yang mana gagasanya telah disampaikan pada
pertemuan perkumpulan arkeologi tahun 1895 oleh Harsberger (Chandra dalam
Suryadarma, 2008).
Etnobotani secara harfiah berarti
ilmu yang mengkaji botani masyarakat lokal, etnobotani merupakan sebuah ilmu
yang mempelajari hubungan yang berlangsung antara masyarakat tradisional dengan
lingkungan nabati. Sekarang ini etnobotani digambarkan sebagai hubungan timbale
balik mansusia dan tumbuhan. Etnobotani bertujuan membantu dalam menerangkan
budaya dari suku-suku bangsa dalam pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan makanan,
pakaian, obat-obatan, bahan pewarna dan lainya (Jain dan Mudgal, 1999).
Menurut Walujo (2000) sejak
permulaan munculnya, batasan etnobotani sebagai suatu disiplin ilmu masih belum
pasti dan belum ada suatu batasan tegas yang disepakati oleh semua peneliti.
Oleh sebab itu kemudian diberikan batasan yang meliputi penelitian dan evaluasi
tingkat pengetahuan dan fase-fase kehidupan masyarakat primitive beserta
pengaruh lingkungan dunia tumbuh-tumbuhan terhadap istiadat, kepercayaan, dan
sejarah suku bangsa yang bersangkutan. Disiplin etnobotani secara tidak
langsung telah lama dikenal di kalangan ilmuwan dunia,tetapi di Indonesia belum
berkembang seperti ilmu-ilmu lainnya. Baru pada tahun-tahun terakhir ini
etnobotani mulai banyak digemari kalangan peneliti botani.
Menurut Suryadarma (2008),
Etnobotani mempelajari pemanfaatan tumbuhan secara tradisional oleh suku yang
primitive, yang mana gagasannya telah disampaikan pada pertemuan perkumpulan
arkeolog tahun 1895 oleh Harsberger (Rifa’i, 2000). Etnobotani merupakan cabang
ilmu yang interdispliner, yaitu mempelajari hubungan manusia dengan tumbuhan
dan lingkungannya (Walujo, 2000). Etnobotani menekankan bagaimana mengungkapkan
keterkaitan budaya masyarakat dengan sumberdaya tumbuhan di lingkungannya
secara langsung ataupun tidak langsung. Penekanan pada hubungan mendalam budaya
manusia dengan alam nabati sekitarnya. Mengutamakan persepsi dan konsepsi
budaya kelompok masyarakat dalam mengatur system pengetahuan anggotanya
menghadapi tetumbuhan dalam lingkup hidupnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar