Masyarakat Using dikenali sebagai etnis yang paling
awal mendiami kabupaten Banyuwangi, dikatakan sebagai kelompok masyarakat yang
tetap konsisten melaksakan budaya dan bahasa Jawi Kuno sejak berdirinya
Kerajaan Blambangan, sehingga oleh beberapa kalangan dianggap sebagai penduduk
asli Banyuwangi. Walaupun sebagai penduduk asli Banyuwangi, secara kuantitatif
etnik Using minoritas di tengah kemajemukan etnis di kabupaten Banyuwangi.
Menurut catatan kependudukan tahun 2010, etnis Using hanya berjumlah 500 ribu
jiwa. Jumlah tersebut tersebar di beberapa kecamatan kabupaten Banyuwangi, di
antaranya adalah kecamatan Giri, Songgon, Glagah, Singojuruh, Cluring,
Rogojampi, Kabat, Sebagian Banyuwangi Kota, Srono, dan Sebagian Genteng
(Rochsun, 2012:7).
Ayu Sutarto (dalam Rochsun, 2012:8) membagi
karakteristik etnis Using pada umumnya kedalam empat hal yaitu: 1) ahli dalam
bercocok tanam, 2) memiliki tradisi seni dan budaya yang handal, 3) sangat
egaliter, 4) terbuka terhadap perubahan. Atas dasar empat hal tersebut dan
dikaitkannya dengan karakter masyarakat melalui unsur-unsur produk budaya
bahwa, seni budaya etnis Using dikatakan mempunyai relasi dengan nilai religi
dan pola mata pencaharian.
Kesenian tradisional khas Banyuwangi diantaranya
Gandrung Banyuwangi, Seblang, Janger, Rengganis, Hadrah, Kunthulan, Patrol,
Mocopatan, Pacul Goang, Jaranan Butho, Barong, Kebo-Keboan, Angklung Caruk dan
Gedhogan (Suharti, 2012: 25).
Selain itu juga
terdapat kesenian yang berhubungan dengan siklus kehidupan (Pitonan/hamil hari ke tujuh, Colongan, Ngleboni, Angkat-angkat/Perkawinan),
kemasyarakatan (Rebo Wekasan/pemberian
sesaji kepada roh halus, Ndok-Ndogan/Mauludan,
Kebo-keboan/Penyambuh Panen) hingga
tari-tarian. Budayawan Jawa Timur Ayu Sutarto mencatat ada 32 acara budaya yang
dimiliki masyarakat Using. Delapan belas diantaranya adalah kesenian (Nugroho
dalam Ritonga, 2011).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar